Kehalalan suatu produk atau bahan makanan, memang menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar bagi seorang muslim. Sehingga di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama Islam, maka diperlukan adanya rumah potong ayam yang prosedur serta prosesnya mengikuti standar halal. Berikut simak standar halal RPA yang wajib diketahui.

Pra Penyembelihan

Daging yang halal dan baik merupakan daging yang sudah tidak mengandung darah, oleh karena itu untuk membantu proses pengeluaran darah secara sempurna dan wajar serta menghasilkan daging dengan mutu baik. Maka ayam yang telah dikirim dari peternakan, harus diistirahatkan terlebih dahulu minimal satu jam.

Karena ayam yang stres akibat perjalanan, bisa membuat kualitas daging berkurang dan darah yang keluar setelah penyembelihan bisa tidak wajar. Selain itu, ayam hidup yang datang ini juga harus diperiksa apakah dalam keadaan sehat. Jika ditemukan ada ayam yang sakit, maka harus segera dipisahkan dari kawanannya.

Setelah cukup diistirahatkan, selanjutnya ayam hidup bisa melalui proses pemingsanan atau stunning. Pemingsanan dalam standar halal RPA yaitu proses ini hanya menyebabkan ayam pingsan sementara saja, tidak menyebabkannya mati sebelum disembelih, tidak merusak organ dan menyebabkan cedera permanen, serta tidak menyebabkan hewan kesakitan.

Pasalnya proses stunning sendiri dilakukan hanya dengan tujuan mempermudah penyembelihan, dan sebagai bentuk animal welfare. Oleh karena itu sebelum proses ini diterapkan, maka metode dan parameter dari stunning wajib untuk divalidasi terlebih dahulu. Guna mewujudkan syarat syarat yang telah disebutkan sebelumnya.

Penyembelihan

Dalam hal ini, petugas penyembelih juga harus memenuhi beberapa syarat yang berlaku. Di antaranya yaitu beragama Islam dan taat dalam beribadah, berumur minimal 18 tahun, berbadan sehat dengan memiliki catatan kesehatan baik, memahami tata cara penyembelihan yang sesuai dengan syariat Islam, dan lulus lembaga sertifikasi halal.

Bahkan petugas penyembelih juga harus mempunyai kartu identitas dari lembaga sertifikasi tersebut, yang telah diakui oleh MUI. Jumlah petugas penyembelih di sini pun setidaknya harus memadai dan disesuaikan dengan skala produksi. Setidaknya untuk hewan berukuran kecil seperti ayam ini, jika RPA menyembelih lebih dari 4000 ekor dalam satu lini maka dibutuhkan 3 penyembelih.

Pasca Penyembelihan

Standar halal RPA tentunya tidak berakhir sampai dengan proses penyembelihan saja. Dalam hal ini, supervisor halal wajib memastikan apakah hewan sudah mati sebelum dilanjutkan dengan proses selanjutnya. Dimana ciri ciri dari kematiannya sendiri yaitu hilangnya reflek pupil, reflek cubit (kejang), dan reflek pukul sebagai tanda berhentinya aktivitas otak.

Setidaknya di sini harus ada waktu jeda minimal 40 detik antara proses pemotongan dan proses selanjutnya. Baru dilanjutkan dengan pencabutan bulu, pengeluaran jeroan, dan pencucian karkas. Pada proses ini pun, rekaman karkas dan jeroan harus diperiksa kembali. Jika tidak memenuhi persyaratan halal, maka tidak boleh didistribusikan.

Di samping itu penanganan penyimpanannya juga wajib diperhatikan dengan teliti. Sebab karkas yang tidak diawetkan bisa cepat busuk dalam suhu ruang, setidaknya daging ayam sendiri bisa bertahan selama kurang lebih 5 hingga 6 jam. Jadi sesuai standar halal RPA yang tidak boleh memperjual belikan daging ayam busuk, maka wajib dilakukan pengawetan.

Pengawetan yang dilakukan bisa dengan metode pendinginan atau pembekuan, menggunakan es dari mesin flake. Es flake yang berbentuk pipih dengan suhu rendah, dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan daging ayam secara cepat dan merata. Di samping itu mesin flake sendiri bisa memproduksi es sejumlah beberapa ton dalam sehari.

Itulah standar halal pemotongan di rumah potong ayam yang wajib diterapkan oleh setiap pemilih usaha RPA. Bila ada yang terlewat, tentunya kehalalan bahan bisa diragukan. Di samping itu kualitas karkas yang dihasilkan juga dapat menurun, jika alur prosedur dan alur prosesnya tidak sesuai dengan standar.